Fir'aun mengaku dia lebih benar daripada nabi Musa dan nabi Harun karena dia dapat mengarahkan negeri mesir sedangkan nabi Musa bercakap pun gagap dan hanya memiliki sebatang tongkat.
Abu Lahab dan abu Jahal juga pernah berkata bahwa dia lebih benar karena dia lebih banyak harta dari pada Nabi Muhammad SAW. Hindun istri Abu Sufyan (sebelum masuk islam) juga pernah berkata bahwa dia juga benar karena satu hari kaumnya (Quraish) menang atas nabi Muhammad dan sahabatnya kaumnya mencapai kemenangan dalam perang uhud.
Benrkah dalam ukuran kebenaran bahwa yang banyak itu benar, yang sedikit itu salah; yang kaya itu benar, yang miskin itu salah, yang menang iu benar manakala yang kalah itu salah?
Bagi
sebagian masyarakat hari ini, itulah ukuran benar dan salah. Yang mayoritas senantiasa
dilihat benar, yang sedikit seringkali dan acapkali bahkan berkali-kali
dianggap salah. Inilah yang sedang ditunjuk tunjukkan oleh oleh sesiapa saja
yang menang dan yang banyak.
Apakah
pada pandangan Allah SWT juga sama dengan pandangan manusia? “ kebenaran itu
dari Rabbmu, janganlah kamu menjadi orang yang ragu”. (Qs. Al-Baqarah : 147)
Allah
SWT menerangkan hanya yang datang dari Allah SWT saja yang diakui sebagian
besar dan tidak salah. Baik ianya banyak atau sedikit , menang atau kalah, berkuasa
atau tidak berkuasa, kaya atau miskin bukan ukuran perbedaan bagi benar dan
salah, bahkan kebenaran itu dilihat sejauhmana beramal dengan kitab Allah SWT
maupun Sunnah Rasullullah Saw. Kedua-duanya datang dari Allah SWT.
Siapa
yang menepati ajaran Allah dialah benar. Dialah yang sebenar-benar mendapat
keberuntungan disisi Allah SWT. Rasullullah Saw mengajarkan : “Al-Qur’an itu
menjadi hujjah kepada engkau (bahwa engkau benar) ataupun menjadi hujjah atas
engkau (bahwa engkau salah). Setiap manusia itu berpagi-pagi maka dia akan
menjual dirinya apakah dia beruntung atau merugi.” (HR. Muslim)
Kita
umat Nabi Muhammad Saw mari bermusahabah diri dan menilai kembali akan
pendirian kita tentang benar dan salah. Karena neraca timbangan Allah itu telah
tersedia. Mari menggunakannya. Kembali kepada kitab Allah dan RasullNya.
Berhenti dari menggunakan akal fikiran semata-mata dalam menilai sesuatu baik
ianya benar maupun ianya salah.
Bumi
indonesia milik Allah. Menumpang di bumi Allah, semestinya tahu diri.
Menegakkan dan menjalankan hukum aturan Nya bukan bikin sendiri.
Sumber: Mutiara Amaly
0 komentar:
Post a Comment
Kritik dan Saran sangat dibutuhkan untuk belajar lebih baik.