Mari kita kembali
melihat sejarah islam. Siapakah mereka yang dipercaya oleh nabi SAW untuk
mengubah tatanan hidup di seluruh kota Makkah? Bahkan sampai hari kiamat?
Siapakah mereka yang menghadapi penindasan dan tirai di Makkah? Siapakah yang
akan berenang menerjang ombak dalam lautan kemusyrikan ini? Salah satu dari
sekian banyak mereka adalah Mu’adz bin ‘Amr dan Mu’adz bin Afra’.
Kedua pemuda yang masih
kecil ini mempunyai jejak sejarah yangtidak terbayangkan dan tidak mampu
dipahami oleh siapapun. Yang pertama berumur 14 tahun dan yang kedua berumur 13
tahun. Sekalipun mereka berdua masih kecil, tapi keduanya memiliki semangat
yang tinggi, melebihi semangat sebagian besar laki-laki dewasa. Karena memiliki
kemampuan dan semangat jihad yang luar biasa, keduanya diterima Rasulullah SAW
menjadi tentara perang. Abdurrahman berkata “sesungguhnya aku berada dalam
barisan pada suatu hari ketika perang badar, ketika aku memandang kearah kanan
dan kiri tiba disebelah kanan dan kiri ku ada dua orang yang masih berusia
muda. Aku menghawatirkan posisi mereka. Keduanya yaitu Mu’adz bin Jumuh dan
Mu’adz Bin Afra’. Kemudian Abdurrahman bin ‘Auf melanjutkan ceritanya. Ia
bercerita dengan kagum. “Tiba-tiba salah satu dari keduanya berkata kepadaku
dengan berbisik agar tifak terdengar oleh temannya.’wahai paman, tunjukkan
padaku mainan Abu Jhal.’ Yang bertanya adalah Mu’adz bin Amr bin Jumuh. Ia
termasuk golongan azhar dan pernah melihat Abu Jahal seblumnya. Perhatianku
berpindah pada putranya tentang panglima pasukan kafir, orang yang dzalim di
Kota Mekkah, dan Fir’aunnya umat ini.Lalu ia bertanya pada anak muda ini,
‘wahai anak saudaraku? Apa yang kamu lakukan padanya?’ Bocah kecil ini menjawab
dengan jawaban yang membuatku bingung. Mu’adz menjawab ‘Aku beritahu, dia itu
yang membenci Rasulullah SAW. Demi jiwaku yang ada dalam genggamanNya, sungguh
jika aku melihatnya, sungguh jika aku melihatnya, tidak akan berpisah biji
matanya sampai ada yang mati diantara kami.’
Adanya penjagaan
berlapis-lapis bisa menghalangi Mu’adz untuk menyempurnakan keinginannya dan
merealisaikan mimpi dalam hidupnya. Mu’adz bin Amr berkata “ketika aku
mendengar kata-kata Abu jahal tidak bisa dikalahkan maka aku jadikan dia sebagai
urusanku, lalu aku menuju ke arahnya. Ketika aku mendapat kesempatan
menyerangnya, maka aku menebas dengan tebasan yangmemustuskan separuh betisnya.
Yakni, separuh betisnya terputus.”
Subhanallah
Sekali tebasan, bocah
kecil ini memutuskan betis seorang laki-laki dengan sekejap. Tanyakanlah pada
dokter yang biasa melakukan praktek amputasi tentang sulitnya pekerjaan itu!
Apakah ini mustahil yang dilakukan Mu’adz bin Amr?
Setelah Mu’adz
memutuskan betis Abu Jahal, Ikrimah bin Abi Jahal menyean pundak Mu’adz hingga
tangan terputus dari tubuhnya. Karena kesakitan Mu’adz bin Amr melintirkan
tubuhnya kesamping hingga ia bisa membuang tangannya yang bergantungan.
Mu’adz bin Afra
terkejut ketika melewati Abu Jahal lalu dia menebasnya sampai memastikan
kematian sang tirani Abu Jahal. Kemudian ia meninggalkan jasadnya dengan terus
menatapnya.
Melihat Mu’adz bin
Jummuh telah kehilangan tangannya sebagai tebusan untuk jihad dan untuk
merealisasikan keinginannya, sungguh ia telah menyerahkan seluruh jiwanya dan
tidak puas dengan amalan yang mulia dan kenangan yang abadi ini. Bahkan ia
telah berperang sana sini sampai ia telah menjadi syahid di jalan Allah SWT.
Begitulah sedikit
cerita tentang keberanan dua orang anak yang berperang di Jalan Allah, yang
bisa kita contoh dari kisah di atas adlah semangat dan keberanianya. Karena
kita tidak dalam kondisi yang sama dengan mereka jadi kita bisa mencontoh
semangat dan pengorbanan mereka untuk menegakkan agama Allah SWT. Sobat Assalam
mengapa kecerdasan anak SMP dan SMA bahkan mahasiswa berkurang terhadap segala
sesuatu yangmemberi manfaat? Karena yang tersisa dalam pikiran mereka hanyalah
hal-hal yang kurangmemberi manfaat. Mari kita renungkan untuk apa kita
diciptakan dan apa yang harus kita lakukan di masa muda.